Rabu, 21 Desember 2011

Belajar Sabar di " Traffic Light " Yuuu :)





Bismillah..


Tinnnnn… tiiiiiiin…

Selalu saja suara klakson bersahut-sahutan di Trafic Light (mayoritas), apa mereka hendak mengadakan perlombaan balap sepeda? Saya rasa tidak. Jujur saya gemas dengan mereka yang menyembunyikan klakson ketika lampu hijau baru saja menyala. Satu detik. Bahkan masih dalam keadaan lampu berwarna kuning. Telinga berasa geli, iihhhh…. Sabar kenapa?

Apa mereka menganggap barisan terdepan tidak bersiap untuk melaju pula? Atau masih tertidur karena menunggu lampu hijau menyala? (toeeng!!) tentu tidak pak, buk, mbak, mas.. yang di depan itu juga bersiap tancap gas melarikan diri dari suara nakal klakson anda. Terkadang kita sulit mengerti keadaan orang lain, terlalu banyak berprasangka. Saya tahu anda terburu-buru, tapi bukan berarti asal membunyikan klakson kepada orang-orang yang anda anggap menghambat perjalanan anda (barisan terdepan antrian lampu merah).

Bukankah kita semua tak ingin terlalu berlama-lama di traffic light? Saya tahu, udara mungkin sedang panas-panasnya, ada deadline di tempat kerja, atau mata proses pembelajaran akan segera dimulai? Tidak..!! bukan kita tidak cekatan atau lamban dalam mengendarai kendaraan. Tapi sekali lagi, sabar. Entah barisan terdepan itu tengah bernafas sejenak, atau sedang mempersiapkan untuk perjalannya.


Terlebih ketika ada sebuah kendaraan yang tiba-tiba mogok yang saat itu lampu hijau bersiap menyala,, aduuh.. amat kasian, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga (berlebihan ya?). mesin ngadat, klakson tetangga berbunyi nyaring pula. Jujur jika itu terjadi kepada saya,  gugup, canggung, malu.
Saya tiada lebih sedang belajar untuk bersabar, karena pada dasarnya bagi saya kehidupan ini adalah sebuah proses pembelajaran yang tiada akan ada habisnya..
detik ini saya sabar, namun siapakah yang bisa menjamin beberapa saat kemudian sabar itu masih ada dalam diri saya? Bukankah hati manusia berada dalam genggaman Allah Azza Wa jalla? Oleh karena itu saya mengatakan bahwa saya dalam proses belajar untuk Hidup dan memaknai hidup.
Sabar memanglah pahit, namun bukankah buahnya amat manis rasanya? :)

Ah.. apapun perspektif kita, belajar bersabar di traffic light semoga berbuah ridho dari-Nya. Aamiin
*senyum)

Rabu, 14 Desember 2011

Kapan tanganku tumbuh ?!




Bismillah…

Kisah ini terinpirasi oleh sebuah tayangan salah satu stasiun televisi swasta. Semoga bermanfaat !!

Pada suatu pagi seorang gadis kecil bernama Arina tengah asyik menggambar di kertas gambarnya sambil mengingat-ngingat kapan terakhir kali ia pergi ke kebun binatang bersama kedua orang tuanya, karena ia merasa sudah lama ia tak pergi kesana dikarenakan kesibuka kedua orang tuanya oleh pekerjaan mereka. Di tempat lain kedua orang tuanya sedang berada dalam sebuah mobil baru yang mereka beli, mobil itu tergolong mobil mahal jadi mereka membanggakannya. Sesampainya dirumah,

Arina     : “ mama, ini mobil baru kita ya? “
Mama   : “ Iya sayang..”
Arina     : “ Asyik.. besuk kan hari minggu, kalau begitu kita bisa pergi ke kebun binatang !!! (tukas Arina   dengan mata berbinar)
Mama   : “ bagaimana pa? “ (mama arina melempar pandang kepada suaminy)
Papa      : “ papa capek sayang, besuk papa mau bobok dirumah “
Arina     : “ ya ngga jadi deh “ (wajah arina seketika berubah menampakan sedikit kekecewaan)
Papa      : “ kapan-kapan saja ya sayang. “ (sambil berlalu kedalam rumah)
Mama   : “ ayo sayang kita masuk..” (mengelus rambut arina sambil menggandeng tangannya)

Pada suatu pagi seperti biasanya Arina menggambar gambar sesuatu, namun kali ini bukan di kertas gambar, ia menggambar di tembok rumah bahkan ia juga menggambar di mobil baru mereka. Kemudian mama Arina memergoki hal tersebut, sontak mama Arina memanggil suaminya bermaksud mengadu kalau mobil baru mereka penuh dengan coretan hasil gambaran Arina.

Mama   : " papa.. papaa.. lihat ini apa yang telah diperbuat Arina !! “ sambil memehatikan kaca dan bagian mobil lainnya yang penuh coretan dengan wajah memerah)
Sang suami keluar rumah mencari-cari Arina, dan ia mendapati Arina yang sedang asyik menggambar ditembok sebelah rumah.
Papa        : “ Arina.. kamu apakan mobil baru kita !!! “ (sambil melayangkan pukulan pertama di lengan Arina)

Sementara Arina menangis meraung-raung minta ampun sang mama berupaya melerai suaminya agar menghentikan pukulannya pada Arina. Namun tetap saja sang suami menghujamkan beberapa kali lagi pukulan di tepat yang sma, yaitu tangan kangan Arina.
Keesokan harinya di meja makan.

Papa      : “ makan ma..”
Mama   : “ iya pa, oia pa sepertinya Arina demam. Ayo kita bawa dia ke rumah sakit !”
Papa      : “ mungkin juga demam biasa.”
Mama   : “ kalau papa tidak mau, yasudah mama bawa Arina sendiri.”
Papa      : “ yasudah papa antar.”
(Dirumah sakit)
Mama   : “ bagaimana dokter? “
Dokter  : “ maaf pak, buk.. tangan Arina harus di amputasi dikarenakan ada luka yang serius dibagian lengannya, jika tidak segera diamputasi maka akan menjalar dan berbahaya bagi Arina.” (jelas dokter pada kedua orang tua Arina)
Papa      : “ apa dok? Tapi kan Arina masih kecil, apa tidak ada cara lain.” (panik)
Dokter  : “ maaf pak. Luka di tangan bagian dalam Arina sudah parah, tidak ada cara lain selain di amputasi.”
(Di beranda rumah)
Arina dan kedua orang tuanya turun dari mobil barunya.
Arina     : “ mama sama papa sudah ngga marah sama Arina lagi kan, karena mobil baru kita yang Arina gambarin waktu itu? “
Mama   : “ tidak sayang.” (senyum)
Arina     : “ kalau begitu kapan tangan Arina tumbuh lagi? Arina janji ngga akan corat-coret mobil kita lagi.”
Mama dan Papa               : !@#$%^&*()_+
Mereka tak mampu menjawab pertanyaan lugu Arina, hanya airmata yang menjadi jawaban atasnya.


“Kelengahan kita karena membiarkan Amarah menguasai diri kita akan mengakibatkan penyesalan  bahkan akibat yang buruk untuk kehidupan selanjutnya.”

*nasihat ini untukku dan semoga untukmu pula)

Jumat, 09 Desember 2011

Untukmu duhai iiwa yang merindukan pelukan orang tua




Bismillah…

Mungkin terkadang kita iri , ketika mendapati orang lain yang diluar sana mampu bercerita tentang ayah bundanya, keseharian dirumah atau bahkan kisah liburan di akhir pekan mereka..
Lantas aku? Cerita apa yang akan kuuraikan jika selama ini tiada kebersamaan? Senyum.
Apakah kau menganggap bahwa mereka tak sayang padaku? Apa kau juga mengira bahwa mereka terlalu sibuk dengan mencari uang saja?
Bukan.. engkau salah mengira !!                                      
Bukan mereka tak sayang kawan, justru karena mereka teramat sayang kepadaku hingga mereka memberikanku kesempatan untuk belajar menjalani hidup tanpa mereka disisi.
Sungguh ini bukan kehendakku, ataupun kehendak mereka. Ini kehendak Allah, engkaupun tahu itu. Ketentuan Allah yang harus kita terima. Bukan demikian?
Siapa yang akan kupersalahkan? Tiada !!

Yaa… ini jalan hidup yang harus kutempuh, jalan yang penuh dengan duri serta persimpangan. Allah membersamaiku.
Jangan bersedih, setiap tangis akan ada akhir. Hidup ini tiada untuk diratapi, melainkan disyukuri.
jangan kau selalu menatap mereka yang seringkali dikecup oleh ayahnya, sedangkan engkau lupakan anak-anak kecil dijalanan tanpa orang tua.
Kasih sayang memang tak terbeli dengan materi, akan tetapi dapatkah engkau menjamin ketika ada mereka disini engkau dapat tegar seperti hari ini? Bukankah ini cambuk bagimu agar belajar untuk mandiri?

tetap syukuri atas ketiadaan mereka disisi, karena mereka jauh adalah untuk kebahagiaanmu, membesarkan namamu, dan menjadikanmu sosok yang kuat lagi tangguh tanpa belai ibu.
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Bersabarlah, sesungguhnya Allah telah menyiapkan rencana indah di penghujung hidup kita, atau kelak di kehidupan setelah mata tertutup tuk selamanya. *Senyum )

By : Ukhti_Icha
Saturday. November 26, 2011 @21:20