Kamis, 06 Oktober 2011

Emansipasi atau Westernisasi ???




Oleh : Eka Kurniasari / SM-D /  semester 1

Bismillah…..
Dewasa ini kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “ Emansipasi “. Apa itu emansipasi? Emansipasi merupakan istilah yang digunakan sebagai penyebutan upaya dalam menuntut hak persamaan derajat antara kaum hawa dengan kaum adam.Di Indonesia kita mengenal istilah Emansipasi ini dengan pelopornya yakni RA. Kartini, seorang pahlawan wanita kelahiran kota Rembang  yang memperjuangkan hak-hak wanita pribumi pada masa penjajahan. RA. Kartini ingin menghapus paham bahwasanya wanita itu tugasnya hanya di dapur, kasur, dan sumur. 
            Nah… lantas apakah maksud dari “ Westernisasi “ itu? Westernisasi merupakan upaya orang-orang barat untuk meracuni fikiran-fikiran orang beradab dengan hal-hal negative yang bertujuan untuk merusak kepribadian kita sebagai Muslimah. 
            Mari kita tengok dan kita pahami dengan seksama, adakah saat ini para wanita Indonesia masih beranggapan pada Emansipasi yang sesungguhnya? Apakah Emansipasi ditunjukan dengan cara mengumbar aurat di atas catwalk? Bersolek, berlenggak-lenggok kanan kiri? Atau Emansipasi itu ketika ada seorang Isteri yang tidak lagi ta’at terhadap suami? Pergi keluar rumah tanpa idzin, dengan dalih mencari uang yang kemudian kita dapat saksikan mereka diluar sana sedang apa? Bersenang-senang dengan laki-laki lain, atau pergi ke pusat perbelanjaan menghabiskan uang suami? Bukankah juga tidak jarang kita temui para muda-muda melakukan tindak asusila, berpacaran melampaui batas kewajaran hingga menghantarkannya kepada  “ married by Accident “ ? Atau istilah Emansipasi ini patut kita sandangkan ketika ada perempuan yang terang-terangan ingin menghancurkan Islam dengan doktrin-doktrin negative  baratnya? 
Sudahkah kita menyadari bahwasanya betapa mahal harga seorang wanita, hingga rupiahpun tak mampu untuk menebusnya. Namun banyak pula yang belum menyadari berharganya seorang wanita. Sepertinya sekarang ini makna “ Emansipasi “ sudah beralih arti menjadi “ Westernisasi “ atau kebarat-baratan. Betapa tidak? Yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimah adalah menutup auratnya di hadapan non mahram malah sekarang banyak yang mengetahui hal ini, aurat yang seharusnya ditutup agaknya sekarang menjadi dibungkus. Kata dibungkus disini identik dengan menutup rapat-rapat atas apa yang seharusnya dilonggarkan (pakaian-pen). Benar mereka berpakaian, tetapi sebenarnya telanjang. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
“ Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat. Mereka adalah kaum memegang cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk mencambuki manusia (tanpa hak), dan wanita yang berpakaian namun telanjang, berjalan berlenggak-lenggok sambil meliuk-liukan kepala mereka seperti punuk unta melenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium aromanya, padahal aromanya bisa dicium dari jarak segini-segini ( HR. Muslim )
            Betapa banyak sekarang ini para wanita yang meninggalkan pakaian kebesarannya, mereka enggan mengenakan hijab. Lebih menyukai hot pan dan tank top. Apakah itu pakaian seorang wanita muslimah. Apakah ini yang disebut Emansipasi? Mode kebarat-baratan telah merasuk kedalam kepribadian wanita Indonesia.
            Duhai saudari.. betapa kita telah dilenakan tentang hal ini? Emansipasi yang di pelopori oleh RA. Kartini bukanlah hal demikian, ia memperjuangkan hak wanita dengan tidak melupakan syari’at Islam. Jika dahulu RA. Kartini sangat mengelu-elukan Emansipasi itu karena dahulu keberadaan wanita seakan tidak dianggap, kemampuan wanita diragukan dihadapan laki-laki. RA. Kartini menuntut di samakan dalam hal intelegensi, bukan semata-mata profesi, bukan semata-mata untuk modal gengsi.

Apakah kita rela jika martabat kita dijatuhkan dihadapan laki-laki ajnaby (bukan mahram) disebabkan perilaku kita yang tidak mencerminkan sebagai seorang muslimah? Ketahuilah, rasa malu itu bagian dari iman. Jika sudah hilang rasa malu dengan beraninya kita melanggar syari’at islam dalam hal berpakaian serta bertingkah laku. Maka dimanakah letak wibawa seorang wanita? Tak jarang kita temui, banyak wanita yang berkerudung, namun pakaiannya tidak memenuhi bagaimana seharusnya pakaian seorang muslimah. Dalam berpakaian kita juga harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1.    Menutup seluruh anggota tubuh kecuali yang tidak wajib untuk ditutup ( telapak tangan dan wajah )
2.    Tidak menampakan bentuk tubuh ( tidak ketat atau press body ).
3.    Tidak tipis.
4.    Tidak menyerupai pakaian orang kafir
5.    Tidak diberi wangi-wangian sehingga laki-laki ajnaby dapat mencium baunya.
6.    Bukan pakaian libash syuhrah
7.    Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersanda :“ Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah “ ( HR. Bukhori )

Wanita yang mampu menjaga izzahnya (kemuliaan) adalah mereka yang senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka yang menjaga pergaulan dengan yang bukan mahramnya serta cara berpakaiannya. Coba kita kembali kepada sejarah berpuluh tahun yang lalu, yaitu kepada beliau RA. Kartini, bukankah RA. Kartini adalah seorang pahlawan yang memperjuangkan Emansipasi wanita? Lihatlah bagaimana orang-orang dahulu berpakaian, mereka menggunakan pakaian tertutup  yaitu kebaya dan jarik, meskipun kebanyakan dari mereka belum menggunakan kerudung, tapi kita tahu bagaimana mereka menjaga martabatnya dengan tidak berpakaian yang sejatinya telanjang.
            
 Bagaimana seorang wanita akan dihargai lelaki apabila penampilannya saja sudah merusak hati? Duhai saudari, ketahuilah bahwasanya sebaik-baik pakaian menurut sisi Allah adalah pakaian taqwa, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 26 :
“ Wahai anak cucu Adam ! Sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian taqwa, itulah yang lebih baik…. “
           
            Jika benar Negara barat telah mengoar-ngoarkan Emansipasi, mengapa Amerika yang negaranya sebagai Adi kuasa masih dipimpin oleh kaum lelaki bukan wanita? Lantas Emansipasi yang mana yang akan di adopsi oleh bangsa Indonesia? Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah An-Nisaa’ ayat 34 :
“Kaum lelaki itu adalah sebagai pemimpin (pelindung) bagi kaum wanita.”

Jika kita mendengar kata wanita, maka yang terbayang dibenak kita adalah airmata. Namun apakah semua wanita identik dengan kelemahan tubuh serta airmata yang mengalir dipipinya. Wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan kelebihan kepekaan rasa bila dibandingkan dengan kaum pria. Tak heran jika wanita lebih terkesan lembut dan lebih mampu memahami keadaan sekitarnya.  Satu kekhususan yang Allah berikan pada wanita yaitu AIR MATA, karena dengan air mata wanita bisa menumpahkan perasaannya kapanpun ia membutuhkannya, bukan sebuah kelemahan disana ketika wanita menangis tapi air mata itu adalah sebuah air mata kehidupan.

Mari kita gunakan kelebihan itu untuk menyentuh hati orang-orang yang membutuhkan sentuhan dari kita, dengan Islam dengan Iman. Mendidik generasi penerus kita dengan kesabaran dan kemampuan yang kita miliki. Bukan dengan sekedar memperlihatkan kecantikan lahiriyah kita yang seharusnya dijaga dan ditutup dengan hijab yang sesuai dengan syar’i bukan pula dengan meracuni para wanita yang lain dengan paham-paham liberalis.
            
 Kecantikan wanita tidaklah terletak pada indah lekuk tubuhnya, bukan pula pada seberapa merdu suaranya. Ketauhilah, kecantikan wanita terletak pada lembut hatinya, shalihah perangainya, dan keindahan akhlaknya. Sebab cantiknya raga bisa sirna kapan saja, namun eloknya jiwa akan abadi selamanya. Untuk apa membanggakan sesuatu yang seharusnya tidak untuk diperlihatkan kepada khalayak? Jika akhirnya agama yang menjadi taruhannya. Maka sesungguhnya dalam Islam telah diatur bagaimana kita harus berpakaian maupun bergaul dengan lawan jenis, jaganlah dari kita melampaui atas apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Karena sebaik-baik diantara kita adalah yang paling bertaqwa dihadapan Rabbnya
            Jangan hanya menuntut menuntut dan menuntut. Penuhi dulu apa kewajiban seorang wanita muslimah sebelum kita menuntut hak kita, sesuatu yang berasal dari negeri barat haruslah betul-betul kita filter . karena kita tidak pernah tahu apa motif yang mendasari mereka bertindak demikian. Dan jangan pula membiarkan fikiran-fikiran kita terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran liberalis yang dapat mengikis iman dengan drastic. Kita sebagai bangsa beradab haruslah berusaha mempertahankan budaya yang sesuai dengan hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan kepada kita umat manusia. Karena tak selamanya paham barat itu isinya bagus semua.

Seorang wanita tidaklah perlu menuntut suatu hal yang diluar kodratnya, karena Allah telah menetapkan bagian masing-masing kepada hamba-Nya. Ber-Emansipasilah tanpa meninggalkan syari’at beragama. Mengkaji Islam dan mengimplementasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Ber-Emansiapasi yang sesungguhnya adalah mampu untuk membawa kebaikan bagi semua orang maupun Negara. Karena wanita adalah tiang Negara, jika buruk wanitanya maka buruk pulalah negaranya, namun jika baik wanitanya, maka negaranyapun akan baik. Dan jangan pergunakan dalih Emansipasi hanya untuk mempermudah bagi kita bertindak leluasa melanggar syari’at Islam.
Allahu wa rasulluhua’lam bishshowab.. :)